Baramulla (2025) adalah thriller aksi–drama yang berlatar konflik kawasan pegunungan Kashmir. Film ini menyatukan ketegangan militer, politik, dan sisi kemanusiaan masyarakat sipil yang terjepit di tengah peperangan. Lewat nuansa dingin, kabut tebal, dan ketakutan yang selalu mengintai, Baramulla (2025) menunjukkan bahwa tidak ada pihak yang benar-benar menang dalam perang—semua sama-sama kehilangan.
SINOPSIS
Baramulla (2025) berfokus pada Aaran, tentara intelijen yang dikirim secara diam-diam ke kota kecil Baramulla setelah intel militer mendeteksi pergerakan kelompok radikal baru. Kota itu tampak tenang, tetapi sebenarnya dikuasai bayangan takut. Warga memilih diam, banyak yang menghilang, dan pasukan keamanan setempat curiga bahwa ada pengkhianat di antara mereka sendiri.
Aaran menyamar sebagai guru sukarelawan. Di sekolah kecil pinggir danau yang membeku, ia mengenal Nafisa, seorang guru wanita yang selama ini melindungi anak-anak korban konflik tanpa memandang kubu. Nafisa melihat perang sebagai hal sia-sia, sementara Aaran melihat perang sebagai tugas. Perbedaan cara pandang itu membuat hubungan mereka tajam sekaligus hangat. Namun ketika keduanya semakin dekat, Nafisa mulai curiga bahwa Aaran bukan orang biasa.
Suatu malam, terjadi ledakan di pasar. Kepanikan melanda, dan warga berteriak menyalahkan tentara. Aaran menyadari bahwa kelompok radikal mencoba memancing perang terbuka. Ia menemukan bukti bahwa serangan itu dirancang oleh komandan musuh yang pernah menjadi sahabatnya—Rehan, mantan prajurit yang berubah haluan setelah keluarganya menjadi korban salah operasi militer. Pertemuan kembali antara Aaran dan Rehan mengubah konflik menjadi personal.
Rehan menawarkan Aaran sebuah pilihan: gabung dengannya untuk menggulingkan pasukan yang menindas rakyat, atau mati seperti tentara lain yang dianggap boneka politik. Aaran menolak, tetapi kebimbangan mulai tumbuh. Ia melihat sendiri bagaimana warga sipil hidup ketakutan—tidak percaya pada militer, tetapi juga tidak berdaya di bawah ancaman kelompok bersenjata.
Di tengah kekacauan, Nafisa diculik oleh kelompok Rehan setelah ketahuan menyembunyikan anak-anak yatim. Aaran memutuskan turun tangan, bukan sebagai tentara, tetapi sebagai manusia yang tidak ingin satu nyawa lagi hilang. Ia mendatangi markas musuh sendirian, berjalan melewati hutan bersalju dan pos penjagaan yang dijaga ketat.
Dalam pertarungan sengit, Aaran melumpuhkan anak buah Rehan satu per satu, namun tetap menyisakan ruang negosiasi. Konfrontasi terakhir terjadi di sebuah bangunan tua bekas benteng. Rehan berdiri dengan Nafisa yang terikat, meledak oleh kemarahan masa lalu. Ia menuduh Aaran berjuang untuk negara yang tidak peduli rakyatnya, sementara Aaran menegaskan bahwa melawan kekerasan dengan kekerasan hanya memperpanjang luka.
Pertikaian akhirnya pecah. Nafisa hampir tertembak, Aaran terluka, dan Rehan berhasil melarikan diri. Nafisa diselamatkan, tetapi konflik belum berakhir. Ketika pasukan pemerintah tiba, mereka malah menembaki warga yang mencoba melihat situasi. Nafisa marah melihat bahwa perang tidak segampang memilih siapa baik dan siapa jahat. Ia menangis di pelukan Aaran sambil mengatakan bahwa negeri mereka butuh keberanian untuk berhenti berperang—bukan memperbesar dendam.
Film ditutup dengan adegan senyap. Aaran menuliskan laporan terakhirnya: “Di Baramulla tidak ada pemenang, hanya korban.” Ia memutuskan meninggalkan militer, memilih tinggal di kota kecil itu untuk membantu Nafisa merawat sekolah dan anak-anak yang kehilangan keluarga. Namun di adegan terakhir, sebuah pesan rahasia masuk ke ponsel Aaran:
“Perang belum selesai. Rehan kembali bergerak.”
Layar gelap. Nafas tertahan. Babak berikutnya menunggu.
Baramulla (2025) adalah drama aksi berdarah, manusiawi, dan emosional, menggambarkan bahwa medan perang terbesar adalah hati manusia—bukan senjata yang mereka pegang.
Tonton langsung Baramulla (2025) subtitle Indonesia cuma di Filmkita21, dan rasakan konflik yang membuat penonton bertanya: siapa sebenarnya musuhnya?












