Frankenstein (2025) adalah adaptasi horor-drama karya Guillermo del Toro, sutradara yang terkenal dengan kisah gelap berbalut kemanusiaan, makhluk tragis, dan visual menakjubkan. Versi ini tidak hanya menghidupkan kembali monster ikonik dari novel klasik, tetapi juga menggali sisi manusiawi yang paling menyakitkan: rasa ditolak, rasa ingin dicintai, dan luka dari pencipta yang menolak ciptaannya sendiri.
SINOPSIS
Frankenstein (2025) mengikuti kisah Victor Frankenstein, ilmuwan jenius yang terobsesi menaklukkan kematian. Setelah kehilangan orang yang ia cintai, Victor yakin bahwa tubuh manusia hanyalah mesin yang bisa dibangun ulang. Obsesinya berubah menjadi misi gila: menciptakan kehidupan dari bagian tubuh orang mati. Dengan teknologi primitif, ilmu kedokteran, dan eksperimen terlarang, Victor mencuri organ, menyambung nadi, dan merangkai saraf seperti puzzle kelam. Semua ia lakukan sendirian, di malam gelap, di ruang bawah tanah yang penuh bau darah dan listrik.
Ketika badai besar tiba, Victor memanfaatkan petir untuk memberi nyawa pada ciptaannya. Kilatan cahaya memecahkan langit, dan tubuh itu bergerak. Mata terbuka. Nafas pertama keluar dengan erangan penuh rasa sakit. Victor berhasil menciptakan manusia, tetapi ketika makhluk itu bangkit, ia melihat wujud yang tidak sempurna: tubuh besar, kulit pucat, jahitan kasar, dan suara parau. Victor ketakutan dengan karyanya sendiri dan melarikan diri, meninggalkan makhluk tanpa nama itu sendirian dalam dunia yang asing.
Makhluk itu keluar ke desa. Ia tidak mengerti bahasa, tidak paham rasa takut, tetapi penduduk menganggapnya monster. Ia dilempari batu, dikejar, dan dipukul. Tidak ada yang mau melihat bahwa di balik tubuh menyeramkan itu ada hati yang ingin dicintai. Dalam keheningan, makhluk mulai belajar membaca, belajar berbicara, dan mulai memahami dunia. Namun semakin ia mengerti, semakin besar rasa sakit yang tumbuh. Ia sadar dirinya bukan manusia—ia adalah sesuatu yang tidak diinginkan.
Makhluk itu menemukan rumah keluarga kecil: pria buta, anak perempuan, dan ibu tua yang baik hati. Mereka tidak melihat wujud fisiknya. Mereka hanya mendengar suaranya yang lembut dan kalimat-kalimat belajar yang penuh rasa ragu. Untuk pertama kalinya, makhluk itu merasa menjadi bagian dari dunia. Ia membantu memotong kayu, menjaga kebun, dan bercerita tentang langit. Tetapi ketika penduduk desa mengetahui keberadaannya, mereka menyerang rumah itu. Keluarga baik hati itu terusir, dan makhluk itu kembali sendiri, membawa luka emosional yang tak bisa disembuhkan.
Di sisi lain, Victor mencoba kembali hidup normal. Ia berencana menikah dengan tunangannya, Elizabeth, dan meninggalkan masa lalunya. Namun makhluk itu muncul kembali dalam hidupnya. Ia menuduh Victor sebagai ayah yang kejam—pencipta yang melahirkan, namun tidak pernah mencintai. Ia memohon satu hal: buatkan ia pasangan, seseorang sepertinya, agar ia tidak sendirian. Jika Victor menolak, ia akan menghancurkan terlebih dahulu semua yang Victor cintai.
Victor awalnya setuju, tetapi ketakutan menguasainya. Ia membayangkan dua makhluk seperti itu hidup bersama dan menghasilkan banyak generasi. Ia membakar tubuh calon pasangan itu tepat di depan makhluknya. Raungan marah mengguncang laboratorium. Dalam balas dendam, makhluk itu membunuh orang-orang terdekat Victor satu per satu, hingga hidup sang ilmuwan berubah menjadi neraka.
Pengejaran terakhir terjadi di pegunungan bersalju. Victor mengejar makhluknya, bukan sebagai ilmuwan, tetapi sebagai manusia yang sudah kehilangan segalanya. Tubuhnya lemah, napasnya berat, tetapi dendam mendorongnya maju. Di puncak gunung, makhluk memegang tubuh Elizabeth yang telah ia ambil. Dalam adegan emosional, makhluk itu tidak menjerit atau tertawa—ia hanya menangis dan bertanya:
“Jika Tuhan tidak menciptakanku, mengapa kamu melakukannya?”
Victor roboh. Ia sadar kejahatan terbesar dalam hidupnya bukan menciptakan monster, tetapi menciptakan rasa kesepian yang tidak pernah bisa ditebus. Pada akhirnya, Victor mati kelelahan di tengah salju. Makhluk memeluk jasad sang pencipta, lalu berjalan menuju jurang es. Ia menghilang dalam badai putih, meninggalkan pertanyaan besar: siapa sebenarnya monster dalam kisah ini?
Frankenstein (2025) adalah drama gelap dan tragis, menunjukkan bahwa ketakutan terbesar manusia bukan makhluk menyeramkan—tetapi hasil dari kesombongan manusia yang ingin menjadi Tuhan.
Tonton langsung Frankenstein (2025) subtitle Indonesia cuma di Filmkita21, dan rasakan kisah monster yang tidak ingin menjadi monster.
