La Tour de Glace (2025) adalah film thriller–disaster bertema survival psikologis garapan sutradara Lucile Hadzihalilovic, yang dikenal dengan gaya visual sunyi, atmosfer menyeramkan, dan horor yang terasa nyata tanpa banyak kata. Ceritanya menggambarkan gedung pencakar langit ultra-modern yang berubah menjadi kubus es mematikan, membuat manusia yang terjebak di dalamnya harus melawan dingin, kelaparan—dan sifat gelap manusia sendiri.
SINOPSIS
La Tour de Glace (2025) dibuka di sebuah kota metropolitan Eropa yang bangga atas pencapaian teknologi barunya: sebuah gedung futuristik bernama Frostspire Tower, bangunan 110 lantai yang dilengkapi sistem pendingin atmosfer berbasis nitrogen cair untuk menyerap panas kota. Proyek ini disambut sebagai revolusi ekologi dan simbol kemajuan umat manusia.
Hari peresmian berlangsung meriah. Para ilmuwan, pejabat, investor kaya, dan jurnalis hadir menyaksikan demonstrasi teknologi pendingin yang diklaim aman. Namun kebanggaan berubah menjadi mimpi buruk ketika sistem utama mengalami kerusakan fatal. Pipa nitrogen bocor, sensor rusak, dan seluruh gedung membeku dalam hitungan menit. Pintu otomatis mengunci, listrik padam, lift berhenti, dan kaca-kaca menebal oleh es.
Puluhan orang terjebak di dalam bangunan yang kini berubah menjadi labirin beku. Suhu terus turun, hingga napas berubah menjadi kabut putih dan kulit mulai membiru. Tidak ada sinyal, tidak ada cara keluar, dan pihak luar mengira semua sistem masih normal—karena gedung dirancang untuk kedap suara dan anti-bencana.
Tokoh utama adalah Élise, teknisi sistem pendingin muda yang awalnya hanya bertugas memantau teknologi. Ketika semua orang panik, Élise menjadi satu-satunya yang memahami struktur gedung dan cara menghentikan pendinginan. Ia bekerja sama dengan Raphaël, seorang jurnalis keras kepala yang datang untuk meliput pembukaan gedung.
Kondisi dalam gedung memburuk dengan cepat. Tangga tertutup es, lorong menjadi licin dan gelap, makanan menipis, oksigen menurun, dan beberapa orang mulai menunjukkan gejala hipotermia. Namun ancaman terbesar datang dari manusia itu sendiri. Kelompok elit kaya menolak diatur, memaksa mengambil perbekalan, bahkan mencoba mengusir orang yang dianggap “beban”.
Semua orang harus memilih: bekerja sama atau saling mengorbankan.
Ketika Élise menemukan bahwa ruang kontrol manual berada di lantai 30, ia memimpin kelompok kecil menyusuri lorong membeku, melalui kaca retak, tangga licin, dan ruangan penuh es seperti gua kutub. Beberapa orang menyerah, beberapa menjadi agresif, dan beberapa memilih mengorbankan orang lain demi bertahan.
Film ini menghadirkan horor yang sunyi: suara retakan es, jeritan pelan, benda jatuh membeku, hingga tubuh kaku yang perlahan berhenti bergerak. Tanpa monster, tanpa senjata—hanya dingin yang membunuh semua orang perlahan, membuat film terasa nyata dan menyesakkan.
Di puncak cerita, Élise berhasil mencapai ruang mesin. Namun salah satu ilmuwan senior mencoba menghentikannya karena ia ingin mempertahankan eksperimen tersebut—percaya bahwa kegagalan ini akan membuktikan pentingnya penelitiannya. Perkelahian dramatis terjadi di ruangan penuh pipa bertekanan tinggi dan uap nitrogen yang menyembur seperti kabut neraka.
Dengan sisa tenaga, Élise mematikan sistem pendingin. Suhu berhenti turun. Dinding pintu utama akhirnya bisa dibuka secara manual dan tim penyelamat masuk. Namun hanya sedikit yang bertahan hidup.
Film ditutup dengan Frostspire Tower yang terlihat megah dari luar, tetapi hancur di dalamnya. Kamera bergerak mendekat pada sebuah plakat bertuliskan “Teknologi untuk Menyelamatkan Dunia”. Sinis, pahit, dan mengingatkan bahwa kesombongan manusia bisa menghancurkan dirinya sendiri.
La Tour de Glace (2025) adalah thriller dingin penuh ketegangan, minim jump scare, tetapi sangat psikologis, membuat penonton merasakan ketakutan yang sunyi dan kematian perlahan oleh alam buatan manusia.
Tonton langsung La Tour de Glace (2025) subtitle Indonesia cuma di Filmkita21 dan rasakan horor dingin paling mencekam tahun ini.












