Love-War (2025) adalah drama aksi psikologis arahan Jimmy Chin, menyatukan elemen peperangan, hubungan manusia, trauma, dan pengkhianatan. Film ini menggambarkan bagaimana cinta bisa bertahan di tengah konflik bersenjata, dan bagaimana perang bisa mengubah seseorang menjadi musuh bagi dirinya sendiri. Ceritanya tegang, emosional, dan penuh pertanyaan moral—mana yang harus dipilih: perintah negara, atau nurani hati?
SINOPSIS
Love-War (2025) mengikuti kisah Eli Navarro, mantan tentara elit yang kembali dari zona konflik setelah menyelesaikan misi paling brutal dalam kariernya. Ia dianugerahi penghargaan militer, dipuji sebagai pahlawan, tetapi jauh di dalam dirinya ada luka yang tidak bisa disembuhkan. Ia kembali ke kampung halamannya, bertemu kekasih lamanya, Sarah, yang selama ini menunggu tanpa kepastian. Mereka mencoba memulai hidup baru, namun trauma perang perlahan mengambil alih sisi kemanusiaan Eli.
Setiap malam Eli terbangun karena mimpi buruk—ledakan, teriakan, dan bayangan rekan-rekannya yang mati di depan mata. Film ini tidak menggambarkan perang hanya sebagai aksi, tetapi juga sebagai luka psikologis yang membunuh pelan. Sarah berusaha menyembuhkan Eli dengan cinta dan kesabaran, tetapi ia menyadari bahwa Eli menyimpan rahasia besar: ia tidak kembali sebagai pahlawan, melainkan sebagai satu-satunya yang selamat dari misi gelap yang tidak pernah diakui militer.
Saat hidup mereka mulai membaik, kejutan datang. Seorang agen pemerintah, Colonel Briggs, muncul membawa kabar bahwa musuh lama Eli—komandan bayaran bernama Jovan—masih hidup. Misi yang seharusnya berakhir ternyata hanya sementara. Jovan tidak hanya masih bernapas, tetapi juga menyimpan bukti bahwa pemerintah melakukan operasi ilegal yang mengorbankan warga sipil. Jika bukti itu bocor, banyak pejabat akan jatuh. Eli diperintahkan kembali ke medan perang untuk “mengakhiri cerita”.
Eli menolak. Ia sudah hancur, ia ingin damai, dan ia ingin bersama Sarah. Namun pemerintah tidak memberi pilihan. Dengan ancaman penjara militer, Eli dikirim kembali bersama tim kecil. Film memasuki fase aksi intens: penyergapan di hutan, pertempuran jarak dekat, hingga infiltrasi markas musuh. Namun sesuatu berbeda—Eli tidak lagi membunuh dengan yakin. Ia mempertanyakan setiap peluru, setiap perintah, setiap darah yang mengalir.
Ketika akhirnya bertemu Jovan, bukan tembakan yang keluar, melainkan dialog mengejutkan. Jovan mengungkapkan bahwa Eli hanyalah pion dalam permainan politik. Eli mulai menyadari bahwa mungkin musuhnya tidak sepenuhnya jahat, dan mungkin pemerintah bukan pihak yang benar. Namun sebelum mereka menyelesaikan diskusi, tim pemerintah menyerbu. Jovan melarikan diri dan Eli tertangkap.
Kabar penangkapan Eli sampai ke Sarah. Ia menolak menjadi korban pasif. Dengan kecerdikan dan keberanian, Sarah melakukan investigasi sendiri: mencari bukti, mewawancarai orang-orang, dan mencuri data dari markas militer. Sarah menemukan kebenaran mengerikan—Eli bukan cuma dikirim untuk menutup misi, tetapi untuk dikorbankan sebagai kambing hitam jika operasi terbongkar.
Klimaks meletus ketika Sarah menyusup ke markas tempat Eli ditahan. Dengan bantuan Jovan yang diam-diam mengikuti jejaknya, mereka menciptakan kekacauan, membebaskan Eli, dan melarikan diri ke terowongan bawah tanah. Adegan pelarian penuh tembakan, ledakan, namun tidak pernah kehilangan inti emosional: Eli berjuang bukan untuk negara, tetapi untuk cinta yang memberinya alasan hidup.
Di tempat persembunyian rahasia, Eli dan Sarah menghadapi pilihan terakhir: kabur selamanya atau mengungkap kebenaran. Eli memilih untuk melawan. Dalam adegan konferensi pers dramatis, rekaman rahasia operasi ilegal disiarkan ke publik. Pemerintah gempar, panglima militer dicopot, dan media internasional menyorot kasus terbesar dalam sejarah angkatan bersenjata.
Namun akhir film tidak dibuat manis. Jovan tewas saat melindungi mereka. Eli kehilangan status “pahlawan” dan kini hidup dalam perlindungan saksi. Ia dan Sarah tinggal di rumah kecil jauh dari kota, menghidupkan harapan baru. Tidak ada medali, tidak ada upacara, tetapi ada kedamaian kecil—dan itu cukup.
Dalam momen terakhir, Eli berkata:
“Di perang aku menang. Tapi hanya cinta yang membuatku hidup.”
Love-War (2025) adalah drama perang emosional, keras, humanis, dan menyayat, menunjukkan bahwa hati manusia lebih rumit daripada peperangan apa pun.
Tonton langsung Love-War (2025) subtitle Indonesia cuma di Filmkita21, dan rasakan bagaimana cinta melawan perang—tanpa senjata.
